Posted in

Token Listrik 50 Ribu Berapa kwh? Ini Penjelasannya

Token listrik adalah sistem pembayaran listrik prabayar di mana pelanggan harus membeli sejumlah kredit listrik (token) terlebih dahulu sebelum dapat menggunakan listrik. Setelah membeli token, pelanggan akan menerima kode token berupa 20 digit angka yang dimasukkan ke dalam meteran listrik prabayar di rumah. Ketika kode token tersebut dimasukkan, saldo listrik di meteran akan bertambah sesuai dengan nominal pembelian, dan listrik dapat digunakan hingga saldo habis.

Sistem token listrik ini mirip dengan pengisian pulsa telepon seluler, memberikan kontrol penuh bagi pengguna atas penggunaan dan pengeluaran listrik mereka karena pembayaran dilakukan di muka. Keuntungan sistem ini antara lain:

  • Pengguna dapat mengatur dan memantau pemakaian listrik sesuai kebutuhan.
  • Tidak ada risiko denda keterlambatan pembayaran karena pembayaran dilakukan sebelum penggunaan.
  • Fleksibilitas pembelian token sesuai anggaran dan kebutuhan, bisa via minimarket, aplikasi mobile banking, ATM, dan gerai resmi.

Sistem token listrik mulai diberlakukan PLN sejak sekitar tahun 2012 sebagai inovasi untuk mempermudah dan memberi kebebasan pengelolaan listrik bagi masyarakat Indonesia.

Token Listrik 50 Ribu Berapa kwh? Ini Penjelasannya

Token listrik senilai Rp 50.000 tidak otomatis sama dengan 50.000 rupiah energi listrik, karena pembelian token listrik prabayar dikonversi ke dalam satuan kilowatt hour (kWh) berdasarkan tarif dasar listrik yang berlaku dan ditambah pajak penerangan jalan (PPJ) yang dikenakan di masing-masing daerah.

Cara Menghitung kWh dari Token Listrik Rp 50.000

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah kWh yang diperoleh adalah:Jumlah kWh=Harga Token−PPJTarif Dasar Listrik per kWhJumlah kWh=Tarif Dasar Listrik per kWhHarga Token−PPJ

  • Harga Token: nominal yang Anda beli, misalnya Rp 50.000
  • PPJ (Pajak Penerangan Jalan): persentase pajak yang berbeda di tiap daerah, biasanya berkisar antara 2,4% hingga 10% dari harga token
  • Tarif Dasar Listrik: tarif per kWh yang ditetapkan pemerintah, berbeda-beda berdasarkan golongan dan daya listrik pelanggan

Contoh Perhitungan

Misalnya Anda pelanggan rumah tangga dengan daya 1.300 VA di wilayah DKI Jakarta, yang memiliki tarif dasar listrik sekitar Rp 1.444,70 per kWh dan PPJ sebesar 3%.

  • PPJ = 3% × Rp 50.000 = Rp 1.500
  • Harga token setelah dipotong PPJ = Rp 50.000 – Rp 1.500 = Rp 48.500

Sehingga:Jumlah kWh=48.5001.444,70≈33,57 kWhJumlah kWh=1.444,7048.500≈33,57 kWh

Jadi, pembelian token listrik Rp 50.000 di wilayah tersebut akan memberikan saldo sebesar 33,57 kWh energi listrik yang dapat dipakai sampai habis.

Perkiraan kWh Berdasarkan Daya Listrik

Berikut estimasi kWh yang didapat dari pembelian token Rp 50.000 untuk beberapa daya listrik umum:

Daya Listrik (VA)Tarif dasar per kWh (Rp)PPJ (%)Perkiraan kWh dari Token Rp 50.000
450 VA~4153-10116,8 kWh
900 VA~1.352336,09 kWh
1.300 VA~1.444,7333,57 kWh
2.200 VA~1.444,72,433,56 kWh
3.500 VA~1.444,72,428,5 kWh (estimasi)

Perbedaan besar kWh dari token Rp 50.000 untuk daya 450 VA dikarenakan tarif listriknya yang jauh lebih murah dibandingkan daya lebih besar sehingga energi yang didapat lebih banyak.

Catatan Penting:

  • Nominal yang muncul di meteran listrik bukan rupiah, melainkan jumlah kWh yang sudah dikonversi berdasarkan tarif listrik dan pajak.
  • Besaran tarif dasar listrik dan PPJ bisa berbeda-beda setiap waktu dan wilayah, sehingga jumlah pasti kWh yang didapat juga bervariasi.
  • Biaya administrasi atau materai biasanya tidak dihitung ke dalam kWh listrik yang diperoleh, tapi dibebankan terpisah.

Dengan memahami perhitungan ini, pelanggan bisa memperkirakan berapa lama listrik akan bertahan dari pembelian token tertentu sesuai penggunaan dan daya listrik rumahnya.

Jika ingin memastikan tarif dan PPJ sesuai wilayah, pelanggan PLN dapat menghubungi layanan resmi atau menggunakan aplikasi PLN Mobile untuk informasi terbaru.

Seorang Penulis dan Lulusan Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sumatera Utara (USU), Kampus Ternama di Indonesia. Menyukai Traveling dan Teknologi. Senang Membaca Buku Sejarah, Keuangan dan Berbagi Informasi Seputar Bisnis.