Posted in

Ini 5 Ciri-Ciri HIV pada Wanita yang Harus Diketahui

HIV merupakan salah satu penyakit yang berbahaya dan dapat menyerang pria maupun wanita. Penyakit HIV menjadi berbahaya, karena hingga kini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penderitanya. HIV lebih rentan terkena pada wanita. HIV adalah infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh terhadap berbagai infeksi dan penyakit. 

HIV pada wanita memiliki gejala yang umumnya mirip dengan pria, namun ada beberapa gejala khusus yang lebih sering ditemukan pada wanita, seperti gangguan menstruasi, keputihan yang sulit sembuh, dan luka di organ intim yang sering kambuh. HIV pada wanita juga berisiko menular ke pasangan seksual, janin dalam kandungan, dan bayi yang disusui, sehingga deteksi dini dan penanganan tepat sangat penting untuk mencegah penularan dan komplikasi lebih lanjut seperti AIDS.

Penyebab utama terjadinya HIV pada wanita

Penyebab utama terjadinya HIV pada wanita adalah penularan virus HIV melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung virus, terutama melalui hubungan seksual tanpa pengaman (kondom) dengan pasangan yang terinfeksi. Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan seseorang dapat terinfeksi penyakit HIV. Berikut adalah penyebab utama terjadinya HIV pada wanita meliputi:

1. Hubungan seksual tanpa pengaman

Seks vaginal tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi HIV adalah penyebab utama penularan pada wanita. Virus HIV terdapat dalam cairan sperma dan dapat masuk ke tubuh wanita melalui selaput lendir vagina yang tipis dan mudah terluka saat berhubungan seksual. Selain itu, seks anal tanpa kondom juga sangat berisiko karena lapisan rektum sangat tipis dan mudah robek, sehingga memungkinkan virus HIV masuk lebih mudah ke dalam tubuh. Risiko ini meningkat jika wanita memiliki lebih dari satu pasangan seksual atau jika pasangan seksualnya memiliki perilaku berisiko tinggi seperti berganti-ganti pasangan atau menggunakan narkoba suntik.

2. Penggunaan jarum suntik secara bersama

Berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi HIV juga menjadi penyebab utama penularan virus, terutama pada wanita yang menggunakan narkoba suntik. Virus dapat berpindah langsung melalui darah yang terkontaminasi.

3. Penularan dari ibu ke anak

Wanita hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus kepada janin selama kehamilan, proses persalinan, atau melalui ASI saat menyusui. Penularan ini dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral (ARV) yang tepat selama kehamilan dan persalinan serta dengan manajemen menyusui yang benar.

4. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko pada wanita

Penipisan dan kekeringan vagina yang terjadi seiring bertambahnya usia dapat menyebabkan robekan pada vagina saat berhubungan seksual, sehingga meningkatkan risiko penularan HIV. Wanita yang mengalami infeksi menular seksual (IMS) juga memiliki risiko lebih tinggi tertular HIV karena IMS dapat menyebabkan luka dan peradangan pada alat kelamin yang memudahkan virus masuk ke tubuh.

Ciri-ciri wanita yang terkena penyakit HIV

Ciri-ciri wanita yang terkena penyakit HIV dapat bervariasi dan sering kali tidak spesifik, sehingga seringkali sulit dikenali pada tahap awal. Namun, ada beberapa tanda dan gejala yang lebih khas dan perlu diwaspadai, terutama karena HIV pada wanita juga dapat mempengaruhi sistem reproduksi dan kesehatan secara umum. Berikut adalah ciri-ciri wanita yang terkena HIV meliputi:

1. Gejala awal mirip flu

Pada tahap awal infeksi HIV (fase akut), wanita biasanya mengalami gejala seperti flu yang muncul 2-4 minggu setelah terinfeksi. Gejala ini seperti demam dan menggigil, sakit kepala, kelelahan yang berat, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam kulit, sariawan hingga penurunan berat badan drastis. Gejala ini biasanya berlangsung beberapa minggu dan kemudian mereda, tetapi virus tetap berada dalam tubuh dan akan berkembang menjadi infeksi kronis.

2. Infeksi vagina secara berulang

Wanita dengan HIV sering mengalami infeksi jamur vagina (kandidiasis) yang berulang dan sulit diobati karena sistem kekebalan tubuh yang melemah. Gejala infeksi vagina ini seperti keputihan dengan tekstur tebal dan berwarna putih, gatal dan muncul ruam di area vagina, hingga rasa nyeri saat buang air kecil dan saat berhubungan seksual Infeksi vagina yang sering kambuh merupakan tanda bahwa sistem imun mulai terganggu akibat HIV.

3. Nyeri di panggul atau perut bagian bawah

Radang panggul kronis yang disebabkan oleh infeksi pada rahim, indung telur, atau tuba falopi juga sering terjadi pada wanita dengan HIV. Gejala radang panggul ini seperti nyeri di perut bagian bawah atau panggul, keputihan yang berbau tidak sedap, dan gangguan menstruasi seperti siklus tidak teratur Selain itu, penderita akan mengalami radang panggul yang dapat mengganggu kesuburan.

4. Perubahan siklus menstruasi

Wanita dengan HIV lebih rentan mengalami gangguan siklus menstruasi. Wanita Selain itu penderita juga dapat mengalami pendarahan ringan atau berat di luar siklus normal. Bahkan penderita HIV juga dapat mengalami menopause dini, yaitu berhentinya menstruasi sebelum usia 40 tahun. Gangguan ini disebabkan oleh penurunan jumlah sel CD4 dan perubahan hormonal akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh.

5. Perubahan kulit 

HIV dapat menyebabkan berbagai perubahan pada kulit, seperti munculnya bintik-bintik berwarna merah, merah muda, coklat, atau ungu. Ruam yang tidak biasa pada kulit, mulut, kelopak mata, atau hidung hingga nfeksi kulit yang sering kambuh dan sulit sembuh. Perubahan kulit ini merupakan tanda melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat HIV.

Pencegahan HIV pada wanita

Pencegahan HIV pada wanita melibatkan berbagai langkah yang bertujuan meminimalkan risiko penularan virus HIV melalui perilaku dan tindakan yang aman. Berikut adalah cara-cara utama yang efektif untuk mencegah HIV pada wanita meliputi:

1. Melakukan hubungan seksual yang aman

Menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual adalah cara paling efektif untuk mencegah penularan HIV. Kondom berfungsi sebagai penghalang yang mencegah kontak langsung dengan cairan tubuh yang mengandung virus, seperti air mani dan cairan vagina. Kondom lateks, polyurethane, atau polyisoprene semuanya efektif, dengan kondom lateks sebagai yang paling umum digunakan. Selain kondom pria, kondom wanita juga bisa menjadi pilihan pencegahan yang efektif.

2. Menghindari penggunaan jarum suntik bersama

Wanita harus menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian, terutama jika menggunakan narkoba suntik. Jarum suntik yang tidak steril dapat menjadi media penularan HIV melalui darah.

3. Skrining dan tes HIV secara rutin

Melakukan tes HIV secara rutin sangat penting, terutama bagi wanita yang berisiko tinggi, seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, atau mereka yang memiliki pasangan dengan status HIV positif. Deteksi dini memungkinkan pengobatan dan pencegahan penularan lebih lanjut.

4. Penggunaan obat PrEP

PrEP (Profilaksis Pra-Pajanan) adalah obat antiretroviral yang diminum oleh orang yang belum terinfeksi HIV tetapi berisiko tinggi tertular. Penggunaan PrEP secara konsisten dapat mencegah penularan HIV secara efektif, baik melalui hubungan seksual maupun penggunaan jarum suntik.

5. Pencegahan penularan dari ibu ke bayi

Wanita hamil dengan HIV harus menjalani terapi antiretroviral selama kehamilan untuk menurunkan jumlah virus dalam darah dan mengurangi risiko penularan ke janin. Selain itu, konsultasi dengan dokter kandungan untuk menentukan metode persalinan yang tepat (misalnya operasi caesar) dan menghindari pemberian ASI juga merupakan langkah penting dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.

Kesimpulan

HIV pada wanita adalah infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan berbagai gejala, baik yang umum seperti flu maupun gejala khusus pada sistem reproduksi wanita. Ciri-ciri khas HIV pada wanita meliputi infeksi vagina berulang yang sulit sembuh, nyeri panggul atau perut bagian bawah akibat radang panggul, gangguan siklus menstruasi, serta sering mengalami infeksi oportunistik karena melemahnya sistem imun.

Pencegahan HIV pada wanita meliputi penggunaan kondom secara konsisten, menghindari berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan jarum suntik bersama, melakukan tes HIV rutin, serta bagi ibu hamil yang terinfeksi menjalani terapi antiretroviral untuk mencegah penularan ke bayi. Selanjutnya, edukasi dan kesadaran tentang HIV juga berperan besar dalam menekan angka infeksi.

Seorang Penulis dan Lulusan Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sumatera Utara (USU), Kampus Ternama di Indonesia. Menyukai Traveling dan Teknologi. Senang Membaca Buku Sejarah, Keuangan dan Berbagi Informasi Seputar Bisnis.